Modal 5 kambing, Kini 22 Kambing.
Malam terasa dingin, rintik hujan mengguyur hampir seharian. Dalam temaram lampu, nampak puluhan kambing melahap rumput segar yang telah di siapkan. Kandang semi permanen berukuran 3 x 6 meter di belakang rumah Darsum penuh dengan kambing. Darsum, sang pemilik ternak terlihat santai menikmati kopi malam sambil mengawasi puluhan kambingnya yang terlihat sehat dan lahap menikmati rumput yang disediakan. Di atas Kandang nampak 1 polibag besar berisi silase.
Silase adalah rumput yang telah diolah dengan racikan bahan tertentu untuk stok pakan kambing yang dijadikan alternatif atau variasi dalam pakan sehari-hari. Kambing-kambing ini diberi makan sehari dua kali, pagi dan sore hari. Pagi hari diberi pakan Rumput Silase, dan Sore hari rumput segar. Dengan kombinasi pakan seperti ini, menurut Darsum sangat efisien. "Dan Secara pertumbuhan, sangat memuaskan" ujar nya.
Masa Pandemi covid-19 yang membelenggu segala aktivitas, justru membangkitkan semangat Darsum untuk kembali menekuni ternak kambing yang semasa kecil dia jalani. Darsum membatin "apa enggane keahlianku ternak wedhus ora diterusna" (apakah keahlian beternak kambing tidak diteruskan). Berangkat dari bisikan hati tersebut akhirnya salah ketua RT di Desa Karangtalun Lor ini bertekad ingin kembali menekuni usaha ternak kambing.
Sudah Jual Puluhan Kambing.
Bapak 3 anak ini akhirnya memulai dengan membuat kandang yang dia kerjakan sendiri dibelakang rumah. Sampai akhirnya Darsum mengawali usahanya dengan 5 ekor kambing. Empat ekor betina dan satu kambing jantan. Dia memilih jenis kambing domba atau di Banyumas biasa disebut Wedus Gembel, karena bulu-bulunya terlihat gimbal. Selain nilai ekonominya tinggi, Kambing Jenis ini sangat mudah dalam hal pakan dan perawatan.
Tak kenal lelah darsum menekuni usahanya, sehingga hampir memasuki tahun ke tiga sejak masa pandemi covid tahun 2019, kini pria asal Pekuncen Jatilawang ini telah berhasil memiliki 22 ekor kambing dan sudah menjual puluhan kambing pada para pembeli. Satu ekor kambing bisa dia jual di kisaran harga 2 juta sampai dengan 3,5 juta. "Sangat menguntungkan" ucap Darsum.
Biasanya wedus gembelnya dia jual untuk kebutuhan konsumsi dan aqiqah. Untuk Aqiqah lebih menguntungkan dari sisi harga, karena pembeli biasanya akan membayar dengan harga tinggi. Darsum juga menambahkan untuk kebutuhan konsumsi seperti sate, jenis wedus gembel ini dagingnya lebih gurih dan nikmat. Sehingga dari sisi harga juga sangat menggiurkan.
"Selain mencukupi kebutuhan daging, kotoran atau sering disebut bribil nya, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pupuk alami. Dan secara ekonomi, ini juga memberikan nilai tambah" pungkas Darsum.
Kedepan, Darsum berharap usahanya bisa semakin besar dan mempunyai lahan khusus untuk budidaya rumput, sehingga bisa mencukupi kebutuhan pakan khususnya efisiensi waktu, dan tentunya memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin bertambah. (djw/adm)